[Slide 1] Yogyakarta

Yogyakarta adalah tempat dimana tempat kita berada sekarang

[Slide 2] Pantai Parangtritis

Pantai yang terkenal di Yogyakarta ini

[Slide 3] Kraton Yogyakarta

Kraton Yogyakarta adalah salah satu kraton terkenal di Yogyakarta. Tempat ini adalah rumah bagi Sultan Hamengkubuwono dari yang pertama hingga sekarang

[Slide 4] Kebun Buah Mangunan

Kebun Buah ini terletak di desa Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Harga Tiket masuk cuma 10 ribu saja sudah bia melihat pemandangan yang luar biasa

[Slide 5] SMPN 2 Sewon

Disinilah SMPku. SMP N 2 SEWON. Tempatku Belajar dan menuntut ilmu.

Senin, 09 Maret 2015

Cara Membuat Tulisan Bergerak Mengikuti Kursor di Blog

Selamat siang sobat,...Cara membuat tulisan bergerak mengikuti arah cursor di blog atau cara agar tulisan bisa mengikuti cursor di blog atau cara menjadikan tulisan mengikuti pergerakan cursor pada blog adalah posting saya hari ini.
Tulisan Mengikuti Cursor di Blog

Hallo sobat semua.. Apa kabar kalian hari ini? Saya harap kalian sehat dan baik-baik saja :)
Baiklah, pada kesempatan yang baik ini, Gede Sitdown Blog akan memposting artikel mengenai cara membuat tulisan agar mengikuti kursor di blog. Menurut saya, tujuan dari pembuatan ini hanyalah sebagai kreasi untuk mempercantik tampilan blog dan sebagai informasi bagi sobat blogger lain yang ingin membuatnya agar terlihat berbeda dari tampilan blog yang lain seperti yang terlihat pada blog ini. Baiklah, bagi yang tertarik dan ingin membuatnya, berikut ini langkah-langkah cara membuat teks/tulisan mengikuti gerakan cursor di blog:


1. Masuk ke dashbor blog sobat.
2. Klik Tata Letak >> Tambah Gadget >> Pilih HTML/Java Script.
3. Copy code berikut ke dalam box HTML/Java Script

<style type='text/css'>
#outerCircleText {
font-style: italic;
font-weight: bold;
font-family: &#39;comic sans ms&#39;, verdana, arial;
color: #ff840a;

position: absolute;top: 0;left: 0;z-index: 3000;cursor: default;}
#outerCircleText div {position: relative;}
#outerCircleText div div {position: absolute;top: 0;left: 0;text-align: center;}

</style>
<script type='text/javascript'>
//<![CDATA[

;(function(){

// Pesanmu di sini, bahasa sundanya yaitu "Pesan anjeun di dieu.." hehehe... (QUOTED STRING)
var msg = "TULISAN YANG INGIN DITAMPILKAN";


// Set font's style size for calculating dimensions
// Set to number of desired pixels font size (decimal and negative numbers not allowed)
var size = 25;

// Set both to 1 for plain circle, set one of them to 2 for oval
// Other numbers & decimals can have interesting effects, keep these low (0 to 3)
var circleY = 0.75; var circleX = 2;

// The larger this divisor, the smaller the spaces between letters
// (decimals allowed, not negative numbers)
var letter_spacing = 5;

// The larger this multiplier, the bigger the circle/oval
// (decimals allowed, not negative numbers, some rounding is applied)
var diameter = 10;

// Rotation speed, set it negative if you want it to spin clockwise (decimals allowed)
var rotation = 0.2;

// This is not the rotation speed, its the reaction speed, keep low!
// Set this to 1 or a decimal less than one (decimals allowed, not negative numbers)
var speed = 0.3;

// BERHENTI NGEDITNYA..! Parantos cicing di dieu! Ulah diteraskeun..! //

if (!window.addEventListener && !window.attachEvent || !document.createElement) return;

msg = msg.split('');
var n = msg.length - 1, a = Math.round(size * diameter * 0.208333), currStep = 20,
ymouse = a * circleY + 20, xmouse = a * circleX + 20, y = [], x = [], Y = [], X = [],
o = document.createElement('div'), oi = document.createElement('div'),
b = document.compatMode && document.compatMode != "BackCompat"? document.documentElement :

document.body,

mouse = function(e){
e = e || window.event;
ymouse = !isNaN(e.pageY)? e.pageY : e.clientY; // y-position
xmouse = !isNaN(e.pageX)? e.pageX : e.clientX; // x-position
},

makecircle = function(){ // rotation/positioning
if(init.nopy){
o.style.top = (b || document.body).scrollTop + 'px';
o.style.left = (b || document.body).scrollLeft + 'px';
};
currStep -= rotation;
for (var d, i = n; i > -1; --i){ // makes the circle
d = document.getElementById('iemsg' + i).style;
d.top = Math.round(y[i] + a * Math.sin((currStep + i) / letter_spacing) * circleY - 15) +

'px';
d.left = Math.round(x[i] + a * Math.cos((currStep + i) / letter_spacing) * circleX) + 'px';
};
},

drag = function(){ // makes the resistance
y[0] = Y[0] += (ymouse - Y[0]) * speed;
x[0] = X[0] += (xmouse - 20 - X[0]) * speed;
for (var i = n; i > 0; --i){
y[i] = Y[i] += (y[i-1] - Y[i]) * speed;
x[i] = X[i] += (x[i-1] - X[i]) * speed;
};
makecircle();
},

init = function(){ // appends message divs, & sets initial values for positioning arrays
if(!isNaN(window.pageYOffset)){
ymouse += window.pageYOffset;
xmouse += window.pageXOffset;
} else init.nopy = true;
for (var d, i = n; i > -1; --i){
d = document.createElement('div'); d.id = 'iemsg' + i;
d.style.height = d.style.width = a + 'px';
d.appendChild(document.createTextNode(msg[i]));
oi.appendChild(d); y[i] = x[i] = Y[i] = X[i] = 0;
};
o.appendChild(oi); document.body.appendChild(o);
setInterval(drag, 25);
},

ascroll = function(){
ymouse += window.pageYOffset;
xmouse += window.pageXOffset;
window.removeEventListener('scroll', ascroll, false);
};

o.id = 'outerCircleText'; o.style.fontSize = size + 'px';

if (window.addEventListener){
window.addEventListener('load', init, false);
document.addEventListener('mouseover', mouse, false);
document.addEventListener('mousemove', mouse, false);
if (/Apple/.test(navigator.vendor))
window.addEventListener('scroll', ascroll, false);
}
else if (window.attachEvent){
window.attachEvent('onload', init);
document.attachEvent('onmousemove', mouse);
};

})();
//]]>
</script>
Penting : Ganti tulisan yang berwarna merah dengan tulisan/teks yang sobat inginkan.

4. Simpan dan lihat hasilnya.

Bagaimana? Mudah sekali bukan? :)
Semoga bermanfaat

LIBURAN YG PALING MENYENANGKAN

Di suatu hari hiduplah sebuah keluarga yang hidup sangat berkecukupan, ayahnya memiliki perusahaan yang terkenal di antaranya rumah sakit Dan perusahaan terkenal sedangkan ibunya bekerja sebagai manager bank, oh ya sebelumnya kenalin nama aku thalia wibisono biasa dipanggil thalia
Kembali ke cerita.
Liburan sekolahku 3 hari lagi telah tiba, saatnya untuk Ayah dan Ibu untuk menentukan kemana kita liburan akan pergi.. pada siang itu aku sedang tidur siang Dan pada sore hari aku terbangun Dan segera mengambil handuk Dan lekas mandi.
Selesai mandi, aku duduk duduk di ruang tamu sambil menonton kartun kesukaanku spongebob squarepants, pada jam 7 kartunku selesai aku langsung mematikan TV Dan langsung menuju ruang makan karena ibuku sudah memanggil
Di meja makan
“enak banget bunda makanannya.. Ada acara apa nih?” tanyaku karena tergiur masakan ibu
“Tidak Ada acara, he he ya sudah lekaslah makan” kata ibu sambil mengambilkan aku piring Dan nasi karena lauknya aku yang ambil sendiri
“terima kasih bunda” kataku “oh ya bunda mana ayah? kok hari ini dia tak Ada?” tanyaku pada bunda dengan mulut penuh “ayahmu Ada lembur di kantornya nak..” jawab bunda
Makanku sudah selesai, bunda pun sudah selesai juga.. bunda memanggil bi siti yaitu pembantu kami Dan aku segera kembali ke kamar untuk istirahat karena percuma jika aku menanyakan tentang liburan karena pasti bunda tak mau memberi tau tanpa ayah!
Di kamar
“Kira kira dimana ya aku akan pergi? aku sudah tak sabar” kalimat itu selalu tergiur di dalam pikiranku Dan aku langsung tertidur
Keesokannya
“hoamm” gumamku “jam berapa ini?” Ku bergumam lagi, langsung Ku ambil handphone Ku untuk melihat jam “jam 07.00? hah aku telat ke gereja! padahal gereja akan mulai jam 07.30!” aku segera mengambil handuk Dan lekas mandi, setelah mandi aku menggunakan baju berwarna merah Dan celana panjang berwarna abu.
Di lantai bawah
“pagi yah, bun..” “pagi thalia” jawab mereka serempak “keren banget bisa Sama sama gitu jawabnya” kataku “hahaha” kata kita bersama-Sama “ayo yah, bun aku uda siap ke gereja nihh” kataku “gak mau makan pagi Dulu thaa?” kata ibu “enggak bu aku Gak laper” “oke let’s go!!” kataku dalam Mobil xenia milik ayahku
Selesai beribadah di luar gereja
“yah, bun. thalia laper nih kita makan yuk” kataku di luar gereja “mau makan di delicious food?” kata ayahku “iya Ayah! aku mau!!” “okeee, let’s go!”
Di mobil
“oh ya yah, bun besok kita kemana? Kan thalia liburan?” kataku heran “kita akan pergi ke rumah Eyangmu” kata ayah “apakah itu seru yah? bukannya itu di pedesaan?” kataku dengan cemas pada ayah “lihat saja nanti” kata ayah tersenyum kecut padaku
Malam
Aku di kamarku packing baju untuk besok pergi ke rumah eyang selama beberapa hari
Setelah menyiapkan pakaian aku segera mengganti baju dengan piyama Dan segera tidur karena jalan dari rumahku ke desa itu 5 jam
Keesokannya
“thalia bangun sayang” bunda membangunkanku “Ada apa sih bunda thalia ngantuk tau” jawabku setengah Tidur “ayo kita ke Mobil, ambil koper mu kita mau berangkat ke desa eyangmu nanti kita bisa bisa sampai jam 12 Kan seharusnya pukul 10″
“iya iya bund”
Di rumah eyang
“yah, bunda, aku jalan jalan ya” kataku “oke mau bawa iphone buat foto?” Tanya bunda “ya bunda iphonenya aku bawa ajah” jawabku
Sore
“Thalia! mandi!!” teriak ibu
“segera bunda!” jawabku
Selesai mandi
“hai eyang apa kabar?” tanyaku sedikit basa basi
“baik cu” jawab eyang
“makanan sudah siap tuh” jawab bi inah pembantu eyang
“segera bi” jawabku
Di ruang makan
“kamu disini berapa lama?” Tanya eyang
“besok sudah pulang kayaknya eyang” jawabku
“oke” jawab eyang kembali
Di kamar
“Ternyata disini segar ya” aku mulai berbicara sendiri
“kapan-kapan aku akan minta ayah untuk mengajakku kesini lagi” aku berbicara sendiri lagi
Keesokannya-
“bye eyangg” kataku
“iya, jangan kapok ya kesini” kata eyang
“iya terima kasih eyang” kataku
Menurutku ini merupakan liburan terindah
Cerpen Karangan: Ophelia Ferguson

[Cerpen] Kisahku, Iya Kisahku

Mungkin kehidupanku tak seindah kehidupan teman temanku, yang sepertinya mereka sangat bahagia dengan hidupnya saat ini. Tapi, aku nggak, aku merasa hidupku hanyalah sandiwara, yang sangat tak kusukai. Banyak tekanan sana sini yang selalu membuat aku tertekan, membuat aku bosan, stress. Tapi apa daya rasa itu hanya aku yang merasakan, mereka semua tidak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Aku senang punya teman yang baik padaku, tapi mereka hanya bisa mengertiku sejenak. Aku senang punya orangtua, punya kakak yang baik, yang sayang padaku, tapi mereka tak pernah tau saat ini aku sangat sakit, iya, sakit fisik dan sakit nonfisik. Dan selalu saja apa yang saya lakukan salah.
“kamu itu nggak pernah ngerti apa yang seharusnya kamu lakukan, kamu harusnya bisa mengatur waktumu. kamu itu GOBLOK, dan blablabla blaa”. Ucapan itu masih kuingat di ingatanku, yang selalu membuat aku stress, menangis. Sampai aku pernah berpikir “apa aku harus mati? Apa aku harus pergi, agar semua orang tidak pernah lagi menyalahkanku?”
Ditambah lagi aku mengikuti salah satu kegiatan di sekolahku yang awalnya aku senang menjalaninya tapi pada akhirnya aku tak menyukainya. Alasan aku tak menyukainya yang pertama 1. Junior selalu disalahkan 2. Banyak keluhan dari teman teman untuk membubarkan itu sampai aku harus dibully dengan kata kata mereka 3. Saat evaluasi, selalu saja salah (padahal namanya saja belajar, nggak langsung benar kan) 4. Sepertinya seniorku nggak suka sama aku 5. Dan masih banyak lagi.
Itu yang membuat aku merasa tertekan. Semua orang nggak pernah ada yang berpihak padaku, aku merasa dunia ini begitu JAHAT padakau, walau kadang aku juga merasakan kebahagiaan yang amat dalam, tapi itu hanya sesaat. Aku mencoba ramah pada semua orang, tapi apa kenyataannya?, nggak ada yang ramah padaku, dan apa sebenarnya salahku?
Aku merasa kehidupanku tak layak untuk di dunia ini. Aku Jenuh dengan semua ini, aku capek.

[Cerpen] Eyang Galau

Galau… Galau… Galau… Galau
Menurut genuis record dunia kata galau sudah hampir diucapkan 9999999999 kali perharinya oleh masyarakat dunia, entah siapa yang mulai, yang pasti kata GALAU jadi nge-hits belakangan ini, berbagai macam alasan orang menyebut kata galau, ada yang bilang galau gara-gara putus sama pacar, galau gak bisa ngerjain ulangan, galau gak dapet uang bulanan, galau digantungin mulu sama si pacar, galau duit ilang, galau si dia gak peka-peka, galau gak bisa nonton konser, galau baca novel atau lagu mellow, bahkan ada yang bilang galau gara-gara belum pup satu minggu #abaikan.
Dan kata galau bukan Cuma buat anak remaja, tapi semua kalangan, dari yang muda, yang masih anak-anak, yang udah tua, yang balita juga ikut-ikutan kena virus galau, galau juga melanda berbagai profesi, ada pak petani yang galau gara-gara gagal panen, ada si dokter yang galau milihin obat buat pasiennya, si dukun galau gak ada pasien yang minta diramal, si guru galau kalah kece dari muridnya, si direktur galau banyak utang, si presiden galau banyak koruptor, dan si polantas galau macet nya gak selesai-selesai.
Tapi yang pasti ini bukan cerita tentang mereka tapi ini tentang GUE…
KEVIN APRILIO, itulah nama gue, jangan heran kenapa nama gue familiar di mata kalian, ohh jelas nama itu juga nama salah satu artis top di indonesia, dengan nama seperti itu bisa ngebayangin dong gimana muka gue? yaaaaaakkk anda salah, nama gue itu adalah kutukan buat gue, nama yang ngebuat gue ditertawain hampir 3 kali sehari tiap harinya, udah kaya minum obat, gak pagi siang dan malam gue jadi bahan tertawaan orang banyak, nama sama muka yang gue punya sama sekali gak cocok, gue juga bingung kenapa gue dikasih nama sekeren itu, padahal udah jelas muka gue begini adanya, yang jelas gue satu tingkat lebih ganteng dari Tessi si pemilik batu cincin dari desa sebelah, gue udah sempet protes sama bokap nyokap gue kenapa gue dinamain kevin aprilio yang notabene yang punya nama itu pasti ganteng dan jadi idola, sementara gue? Tapi bonyok gue bilang, nama itu dikasih sebagai salah satu kelebihan yang gue punya, karena semua yang ada pada diri gue itu minus jadi setidaknya ada satu hal nilai plus dari diri gue yaitu nama, dan kata mereka juga nama itu supaya gue gampang kenalan sama cewek dan gampang dapet pacar, ya emang bener sih, tapiii BUKTINYA!!!
Suatu ketika ada malaikat yang mau nyariin pacar buat gue, dia temen gue namanya JOJON, dari namanya emang udah gak bisa dibayangin gimana mukanya, pasti di fikiran kalian itu adalah sosok laki-laki yang pake celana di atas udel, kumis kotak, rambut klimis, dan kalo jalan ngangkang, oh bukan kalian salah, jojon itu adalah cowok idola di sekolah gue, dia cowok ganteng kapten tim futsal dan juga pinter, semua yang ada di dirinya itu serba nilai plus, tapi satu kekurangannya yaitu NAMA. Tapi sampai saat ini nama itu gak banget berpengaruh tuh buat dia, kadang gue iri sama temen gue itu, dengan gampangnya dia dapet cewek, dan ceweknya juga cantik-cantik kaya luna maya.
Waktu itu dia nyaranin gue buat cepet dapet pacar, dia perhatian banget sama gue sampe sampe dia takut gue jadi perjaka tua dan jomblo sampe dunia selanjutnya. Ketakutan jojon emang menyinggung, tapi gak gue pungkirin dia memang bener. Dia ngenalin gue sama seorang cewek, cewek itu temennya kakaknya pacarnya temen gue si jojon itu, katanya si jojon udah nyeritain tentang gue ke cewek itu, dan katanya cewek itu penasaran sama gue, gue juga bingung apa yang ngebuat tu cewek penasaran sama gue, karena udah jelas dari semua cerita jojon ke tu cewek pasti gak ada yang menarik, tapi tiba tiba ada yang smsin gue, katanya dia temennya jojon yang diceritain tentang gue, gue pun sering sms an sama dia, pagi siang malem tuh cewek smsin gue mulu, gue seneng sama perhatian tuh cewek, gue gak nyangka ada cewek yang mau sama gue, gue terharu sampe ngabisin tissue toilet rumah gue, ngedenger dia mau ketemuan sama gue malem minggu ini, gue langsung jatuh cinta sama tuh cewek, di sepanjang sejarah cinta kevin aprilio sang Jones (jomblo ngenes) dari kampung bojong kenyotini adalah pertama kalinya ada cewek yang ngajakin gue malem mingguan, gue pun langsung gadein TV di rumah buat beli baju, sepatu, parfum, minyak rambut, celana, gesper bahkan daleman buat malem mingguan sama tuh cewek, maklum gue gak mau dia nolak gue pas tahu aslinya muka gue kaya apa.
“keviiiiiiin, TV emak manaaa?” teriak nyokap gue dari dalem rumah dan ngebuat semua kaca-kaca yang ada di rumah gue pecah, kaya di film sadako 3D, setan setan yang pada siap-siap malem mingguan pun pada masuk lagi ke kandang denger teriakan emak gue yang kencengnya kaya terompet sangkakala itu.
Gue buru-buru kabur dari rumah, pas gue sampe di depan rumah yang ada Cuma sepeda ontel sama motor vespa butut, PLETAK gue bodoh banget, kenapa gue gak gadain rumah juga buat sewa mobil, gak lucu banget gue ngedate naik vespa butut yang suaranya ngalahin suara bajaj di jakarta itu, padahal gue udah nyiapin diri gue secakep mungkin versi gue buat memukau tu cewek.
Dengan lemas dan menyerah gue sms cewek itu, belom sempet gue kirim sms ke dia, dia udah sms duluan “dimana? Aku udah di taman”, kaget, gue langsung buru-buru tancap gas dengan motor butut gue itu, gaya gue yang udah kece tingkat kampung dan motor vespa butut boleh warisan dari uyutnya uyut gue melewati jalanan kota jakarta di suasana malam minggu, alangkah damainya.
Dreett dreett drett..
Tiba-tiba aja motor gue berhenti jalan, buru-buru gue tuntun motor vespa gue itu ke tepi jalan sebelum gue dibikin peyek sama tronton yang udah gak sabar buat lewat dari arah belakang gue, sial kenapa harus mogok disaat kaya gini, cewek itu udah smsin gue mulu dari tadi, gue bingung harus berbuat apa, gue coba nekat liat ada kesalahan apa di motor gue itu, gue liat ban, ban nya baik-baik aja, gue liat mesin, mesinnya juga gak ada yang rusak, tapi pas gue liat bensin, bodoh bensin gue abis, perasaan gue baru aja ngisi bensin kemaren, kemaren? Setelah gue fikir ulang, gue baru inget kalo gue isi bensinnya itu kemaren, kemaren satu minggu yang lalu.
Pom bensin gak keliatan dari sini, gue pun akhirnya ngedorong vespa butut itu, selama gue dorong motor handphone gue geter terus, gue tahu itu pasti cewek yang udah nungguin gue di taman, akhirnya gue pun mengulas senyum khas gue, gue nemu tukang bensin, gue langsung bilang sama tu tukang, “isi penuh ya pak” gue langsung ngambil dompet, bodoh di dompet gue tinggal ada duit selembar 5 ribuan, “ehh pak pak, gak jadi, satu liter ajah” ahhh sial gue tambah lagi, di belakang gue ada segerombol cewek-cewek dan pada ngetawain gue, dengan lemas gue segera pergi menuju taman tempat gue janjian sama tuh cewek.
Dia bilang dia pake baju warna pink dengan rambut digerai dan pakai bandana putih, gue keliling taman dan melihat sosok wanita seperti ciri-ciri yang dia kasih tau sebelumnya, satu langkah gue mau maju, kayanya ada yang kurang dari gue, gue merapikan dandanan gue, dan metik bunga mawar yang ada di taman itu, satu lagi kebodohan gue, gue keabisan duit dan gak mampu beli bunga,
“hai”
“iya” cewek itu nengok ke gua, dia nampakain senyum yang manis banget, semanis gula deh pokonya, tapi satu detik kemudian senyumnya mulai melebar, dan saat senyumnya melebar sampe nampakin giginya ada cahaya menyilaukan mata gue #asek, mata gue langsung menyipit, menyadari gue yang kesilauan sama gigi emasnya, dia kembali ke posisi manis,
“maaf, lo kevin ya?” katanya dengan suara yang menurut gue gak banget, ternyata suara dan giginya gak secantik orangnya,
“iya, udah nunggu lama ya maaf” kata gue sedikit gugup dan menjaga lisan
Dia ngangguk-ngangguk “ohh, gue fikir yang namanya kevin ganteng?”
Sial, rasanya itu kaya terjun dari ketinggian 999999999 kaki dan nyungsep di kandang kebo,
“tapi yaudahlah, kita mau kemana sekarang?”
Ngedenger pertanyaanya buat gue sadar kalo gue sekarang gak megang duit sepeserpun,
“kalo kita jalan-jalan di sekitar taman ini aja gimana?”
“ohh, gak papa deh, tadinya gue fikir lo mau ngajak gue nonton atau makan malam romantis berdua kaya film film korea, padahal gue udah dandan cantik kaya song hye kyo”
What? Dia bilang apa tadi cantik kaya song hye kyo? Oh my god. Dia cewek yang pede banget ya, gue emang bodoh soal korea-koreaan tapi gue tahu song hye kyo itu cantiknya kaya apa, dan yang pasti dia gak punya gigi emas menyilaukan kaya ni cewek.
Gue dan olivia pun, ehmm oh iya gue sampe lupa cewek itu namanya olivia, gue dan olivia pun jalan-jalan di sekeliling taman, dan kesalahan terbesar gue kenapa gue gak beli kacamata tadi, sumpah dua jam gue jalan sama dia aja udah buat minus gue bertambah, dan mengharuskan gue pake kacamata minus sehabis ini.
Keesokan harinya gue ceritain semua acara malam minggu gue sama oliv ke jojon, gue cerita dari sabang sampe meroke tentang gimana tuh cewek, dari mulai gue gadein TV nyokap gue dan sekarang gue harus puasa jajan demi nenebus tu TV, sampe gue cerita kalo olivia sama sekali bukan tipe gue, dia emang cantik, tapi kalo senyum apalagi nyengir ampun deh mata gua sakit, dan dia adalah orang yang gak ngertiin orang lain sepanjang gue jalan sama dia gue didongengin film film sama drama-drama romance ala korea, dan yang lebih bikin gue bete dia kepo banget sama asal usul kenapa gue dinamain kevin aprilio, dia bener bener gak ngerti perasaan gue apa kalo gue sensitif bicara soal nama.
Jojon Cuma ketawa ngedenger cerita gue yang panjang kali lebar sama dengan lega itu, dia malah bilang “terus lu maunya sama cewek yang kaya gimana?, sory sory to say mas mblo, oliv itu satu satu nya cewek yang mau kenal sama lo setelah gue kasih liat foto lu, gue juga gak nyangka dia bahas masalah nama dan muka lagi pas sama lo, sabar mas jomblo namanya juga perjuangan” sial, segitunya kah tampang gue sampe cuman oliv cewek yang mau sama gue, saat itu rasanya pengen gue sambelin mulutnya si jojon.
Semenjak acara ngedate gue sama oliv malam itu, dia masih sering smsin gue, tapi gue gak pernah tanggepin sesekali aja gue bales smsnya dia, entah kenapa inget giginya sama omongannya yang selalu ngungkit ngungkit nama, gue jadi males sms an sama dia dan gue jadi lebih aktif di dunia maya untuk menghindari si oliv, tiba-tiba di facebook banyak orang yang update username twitter, penasaran gue pun langsung buat account twitter dan follow followin cewek cewek kece, dengan nama gue yang oke, banyak banget yang langsung follback gue tanpa gue minta, gue juga gak pasang avatar muka gue, tapi avatarnya pake foto jojon.
Gue pun mulai sering mention mentionan sama cewek cewek di twitter, dan gue mulai gak pernah bales sms nya oliv, tapi suatu ketika si oliv sms gue, “mulai sekarang kita gak usah temenan lagi ya” gue senyum baca sms itu, akhirnya tuh cewek gak bakal gangguin gue lagi, gue pun bisa lebih fokus twitteran sama cewek-cewek cantik.
Satu minggu gue aktif di twitter ada cewek yang ngajakin gue kopi daratan, jangankan kopi daratan, kopi lautan juga gue mau, kali ini gue gak main-main, gue banyak dikasih tau tipekal cowok idola ala korea dari oliv, jadi gue ikutin ala ala cowok korea itu, gue pun lebih matang, gue gadein vespa plus laptop kuliah gue buat sewa mobil supaya gak malu-maluin pas ketemu tuh cewek, ternyata oliv banyak membantu gue lebih gampang jadi cowok kece, jujur gue jadi kangen dia, ihh apaan deh oliv itu gak banget #SOMBONG
Akhirnya gue ketemuan sama cewek itu, gak salah, dia cantik banget kaya song hye kyo, (#loh jadi inget olip), tapi pas gue memperkenalkan diri gue sebagai KEVIN APRILIO dia sontak kaget dan ketawa terbahak-bahak gak berhenti-henti
“lo? Aneh ya? Ngaku-ngaku kevin aprilio” dia sekarang dengan mata sinis dan nampangin muka seolah-olah mau muntahin gue dengan seisi isi perutnya,
“ini serius gue, ya bukan kevin si artis tapi kevin di twitter”
“whaaaaaattt gue fikir kevin itu ganteng, kenapa malah?” sekarang matanya mulai keluar, muka nya yang mulus dan cantik berubah kaya setan setan murka, #serem
“lo boongin gue ya, di ava lo ganteng, tapi kok aslinya” dia nambah nyerocos
“ini bener gue kevin, tapi kalo yang ava itu boleh pasang foto temen gue”
“sial gue diboongin” PLAK satu tamparan mulus mendarat di pipi abstrak gue, muka gue makin ancur setelah ditampar tuh cewek, dan dia buru-buru pergi dari hadapan gue, tapi sebelum pergi dia ngasih gue bill struk pembayaran makanan plus minuman yang dia minum, apes, udah digampar suruh bayar pula, lebih apes lagi pas gue baca isi bill nya yang nunjukin harga amat sangat murah 350 ribu rupiah, buset ni cewek makan apaan sampe 350 ribu, gue langsung buka dompet gue, duit yang gue punya tinggal 300 ribu, gue bingung harus berbuat apa, pas sang pelayan nyamperin gue, gue bilang Cuma bawa duit tunai 300 ribu, gue kasih jam tangan gue yang baru beli tadi pagi, mba mbak nya gak mau, gue copot jas gue, mbaknya juga gak mau, apa harus gue kasih seluruh yang gue punya mbak mbaknya malah nutup mata dan pergi, gak lama mbak pelayannya bawa satpam yang body body nya yang keker, sebelas dua belas lah sama ade ray, gue inget ada jojon, gue langsung telpon temen gue yang satu itu dan minta tolong dia bantuin gue dateng ke cafe ini dan bayarin sisanya.
Malam itu gue nginep di rumah jojon, gue gak berani pulang karena pasti bokap gue marah kalo tau vespa warisannya gue gadein buat date malam ini, yang justru buat gue rugi bandar, udah kaya anak kecil gue mewek di kamar jojon sambil meluk jojon, adenya jojon yang datang ke kamar nganterin makanan langsung merinding ngeliat gue sama jojon yang pelukan dan teriak “mamaaaaaa kak jojon pacaran sama ka kevinnn” gue langsung ngelepas pelukan gue dan nangis kejer lagi kaya anak balita di bawah 5 tahun, adeknya si jojon langsung diem dan nyamperin gue “uhh cup cup jangan nangis kak, besok aku beliin balon deh” ha?, gue diem, astaga gue bener bener memalukan di depan anak SD bersikap kaya anak bayi, pas gue liat adeknya si jojon yang ngelus ngelus kepala gue,
“kamu mau gak jadi pacar kakak”
“apa?” PLAK gue dapet gamparan lagi, dan kali ini tamparan itu datang dari anak SD kelas 5, adeknya jojon malah pengen muntah pas gue bilang gitu, dan keluar kamar buru-buru
“kasian banget si lo mas bro, udahlah semua akan indah pada waktunya”
“sok bijak, sekarang bukan itu masalahnya, tapi gimana caranya gue nebus laptop sama vespa yang gue gadein aaaaaaaaa” tangisan gue makin pecah, jojon udah gak peduli lagi sama gue dia langsung tidur tanpa perduliin gue yang lagi galau bingung setengah hidup mikirin barang-barang yang gue gadein.
Gue GALAU…
Hampir selama tiga bulan gue puasa jajan buat nebus motor sama laptop gue, dan selama itu juga gue diceramahin setiap waktu sama bonyok gue, mungkin penggambaran gue yang sekarang adalah sosok laki laki dengan muka pas pasan, baju yang lesuh dan kumuh, muka yang absurd, telinga yang panjang kaya PAD di film sunggokong, jangankan orang lain yang ngeliat gue enek, gue sendiri aja bisa pingsan ngeliat muka gue yang sekarang,
Tapi suatu ketika semangat hidup gue tumbuh lagi, ada orang yang sms gue, “apa kabar vin?” gue bingung, nomernya gak dikenali sama kontak handphone ketua RT gue #loh
Ternyata yang sms gue itu si olivia, masih inget kan cewek dengan gigi emas yang pernah gue campakin (#ahelah bahasanya), tapi gak tau kenapa gue seneng dia kembali smsin gue lagi, dan kali ini dia langsung ngajakin gue ketemuan di tempat pertama kali gue ketemu sama dia, dengan semangat empat lima sehat sempurna gue nyiapin diri gue buat ketemu sama dia, sekarang sepertinya jalan gue untuk ketemu sama dia dipermudah, si vespa butut itu gak ngadat lagi, dan gue juga udah siapin kacamata hitam buat ngelindungin mata gue kalau kalau dia nyengir nyengir kaya dulu.
Oliv bilang dia pake baju superman di taman, oh bukan pake gaun merah maksudnya, dia duduk persis kaya gue pertama ketemuan sama dia,
“hay”
“iya” dia nengok gue, sekarang oliv tambah cantik, dia senyum dan hampir nyengir, kacamata hitam udah siap gue keluarin dari kantong ajaib, tapi pas dia nyengir gak ada sinar gigi emas nya lagi, giginya rapih putih bersih mengkilat cling, gue bingung dia berubah lumayan jadi tambah cantik, dan dia juga gak kepedan lagi kaya dulu, sekarang dia lebih pendiem dan gak banyak omong, dua jam gue jalan sama dia ngelilingin taman itu dia gak ngomong banyak malah gue yang dari tadi nyerocos terus kaya burung beo.
“kevin, gue mau ngasih sesuatu buat lo” kata oliv bikin gue bingung
“apa?” dia mau ngasih kejutan ya buat gue? Astaga mau ngasih apa ya, apa dia mau ngasih harta karun ke gue atauuu
“inih” dia menjulurkan sebuah undangan
“itu undangan pernikahan gue, lo dateng ya, kalo gitu gue pergi dulu bye” dia pergi, apaan ini? Dia ngasih undangan pernikahan, astagaaa hati gue hancur kaya disetrum listrik, dibelek golok ditusuk jarum diinjek injek pokonya cenat cenut cekat cekit banget deh, nama gue bener bener gak sebagus hoki gue
Gue udah frustasi banget sama apa yang gue alamin belakangan ini, gue udah gak kuat, gue galau abisss, sampai pada akhirnya gue ngadain acara bubur merah bubur putih sebagai tanda digantinya nama gue jadi “eyang galau”, gue harap nama baru gue bisa bawa hoki buat gue dalam hubungan percintaan.
- Sekian -

SEJARAH KRATON YOGYAKARTA

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.[1]
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman[3].
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan
pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO

Tata ruang dan arsitektur umum

Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai “arsitek” dari saudara Pakubuwono II Surakarta[6]. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta[7] diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939).

[sunting] Tata ruang

Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno
Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung[8] Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing[9][10].
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.

[sunting] Arsitektur umum

Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol[11] yang biasanya bergaya Semar Tinandu[12] . Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi[13]. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.[14]

 Kompleks depan

 Gladhag-Pangurakan

Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan[15] yang terletak persis beberapa meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang berlapis[16]. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman pengasingan/pembuangan[17].
Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet[18]. Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah tidak ada[19]. Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan yang sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri[20]. Selepas dari Gapura Pangurakan terdapat Kompleks Alun-alun Ler.

Alun-alun Lor

Tanah lapang, “Alun-alun Lor”, di bagian utara kraton Yogyakarta dengan pohon Ringin Kurung-nya
Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan berumput[21] di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi[22]. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.
Di pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan ditengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru[23]. Pada zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem [24] yang boleh melewati/berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini pula yang dijadikan arena rakyat duduk untuk melakukan “Tapa Pepe”[25] saat Pisowanan Ageng[26] sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah[27]. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.
Di sela-sela pohon beringin di pinggir sisi utara, timur, dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan, tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan[28]. Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah lenyap. Dahulu dibagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang terpisah, Pagelaran.
Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng, dan sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar, tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan.

Mesjid Gedhe Kasultanan

Kompleks Mesjid Gedhe Kasultanan (Masjid Raya Kesultanan) atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun utara. Kompleks yang juga disebut dengan Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur. Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama di sisi timur dan utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan keamanan) di tempat ini Sultan melakukan ibadah. Serambi masjid berbentuk joglo persegi panjang terbuka. Lantai masjid induk dibuat lebih tinggi dari serambi masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami pohon tertentu. Di sebelah utara dan selatan halaman (timur laut dan tenggara bangunan masjid raya) terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan. Pagongan di timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler (Pagongan Utara) dan yang berada di tenggara disebut dengan Pagongan Kidul (Pagongan Selatan). Saat upacara Sekaten, Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati Kangjeng Kyai (KK) Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK Guntur Madu. Di barat daya Pagongan Kidul terdapat pintu untuk masuk kompleks masjid raya yang digunakan dalam upacara Jejak Boto[29] pada upacara Sekaten di tahun Dal. Selain itu terdapat Pengulon, tempat tinggal resmi Kangjeng Kyai Pengulu[30] di sebelah utara masjid dan pemakaman tua di sebelah barat masjid.

Kompleks inti

 Kompleks Pagelaran

Bangunan utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag Rambat[31]. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton. Sepasang Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun Lor.
Sepasang Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan barat Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari Sultan atau menunggu giliran melapor kepada beliau kemudian juga digunakan sebagai tempat jaga Bupati Anom Jaba[32]. Sekarang digunakan untuk kepentingan pariwisata (semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat, prajurit keraton dan lainnya). Bangsal Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem. Saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan Sultan HB I dan Sultan HB IX. Kompleks Pagelaran ini pernah digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di Bulak Sumur.[33].

Siti Hinggil Ler

Di selatan kompleks Pagelaran terdapat Kompleks Siti Hinggil. Kompleks Siti Hinggil secara tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara resmi kerajaan. Di tempat ini pada 19 Desember 1949 digunakan peresmian Univ. Gadjah Mada. Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dengan dua jenjang untuk naik berada di sisi utara dan selatan. Di antara Pagelaran dan Siti Hinggil ditanami deretan pohon Gayam (Inocarpus edulis/Inocarpus fagiferus; famili Papilionaceae).
Di kanan dan kiri ujung bawah jenjang utara Siti Hinggil terdapat dua Bangsal Pacikeran yang digunakan oleh abdi-Dalem Mertolulut dan Singonegoro[34] sampai sekitar tahun 1926. Pacikeran barasal dari kata ciker yang berarti tangan yang putus. Bangunan Tarub Agung terletak tepat di ujung atas jenjang utara. Bangunan ini berbentuk kanopi persegi dengan empat tiang, tempat para pembesar transit menunggu rombongannya masuk ke bagian dalam istana. Di timur laut dan barat laut Tarub Agung terdapat Bangsal Kori. Di tempat ini dahulu bertugas abdi-Dalem Kori dan abdi-Dalem Jaksa yang fungsinya untuk menyampaikan permohonan maupun pengaduan rakyat kepada Sultan.
Bangsal Manguntur Tangkil terletak ditengah-tengah Siti Hinggil di bawah atau di dalam sebuah hall besar terbuka yang disebut Tratag Sitihinggil[35]. Bangunan ini adalah tempat Sultan duduk di atas singgasananya pada saat acara-acara resmi kerajaan seperti pelantikan Sultan dan Pisowanan Agung. Di bangsal ini pula pada 17 Desember 1949 Ir. Soekarno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat. Bangsal Witono berdiri di selatan Manguntur Tangkil. Lantai utama bangsal yang lebih besar dari Manguntur Tangkil ini dibuat lebih tinggi. Bangunan ini digunakan untuk meletakkan lambang-lambang kerajaan atau pusaka kerajaan pada saat acara resmi kerajaan[36].
Bale Bang yang terletak di sebelah timur Tratag Siti Hinggil pada zaman dahulu digunakan untuk menyimpan perangkat Gamelan Sekati, KK[37] Guntur Madu dan KK Naga Wilaga. Bale Angun-angun yang terletak di sebelah barat Tratag Siti Hinggil pada zamannya merupakan tempat menyimpan tombak, KK Suro Angun-angun.

[sunting] Kamandhungan Lor

Di selatan Siti Hinggil terdapat lorong yang membujur ke arah timur-barat. Dinding selatan lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar, Regol Brojonolo, sebagai penghubung Siti Hinggil dengan Kamandhungan. Di sebelah timur dan barat sisi selatan gerbang terdapat pos penjagaan. Gerbang ini hanya dibuka pada saat acara resmi kerajaan dan di hari-hari lain selalu dalam keadaan tertutup. Untuk masuk ke kompleks Kamandhungan sekaligus kompleks dalam Keraton sehari-hari melalui pintu Gapura Keben di sisi timur dan barat kompleks ini yang masing-masing menjadi pintu masing-masing ke jalan Kemitbumen dan Rotowijayan.
Kompleks Kamandhungan Ler sering disebut Keben karena di halamannya ditanami pohon Keben (Barringtonia asiatica; famili Lecythidaceae). Bangsal Ponconiti yang berada ditengah-tengah halaman merupakan bangunan utama di kompleks ini. Dahulu (kira-kira sampai 1812) bangsal ini digunakan untuk mengadili perkara dengan ancaman hukuman mati dengan Sultan sendiri yang yang memimpin pengadilan. Versi lain mengatakan digunakan untuk mengadili semua perkara yang berhubungan dengan keluarga kerajaan. Kini bangsal ini digunakan dalam acara adat seperti garebeg dan sekaten. Di selatan bangsal Ponconiti terdapat kanopi besar untuk menurunkan para tamu dari kendaraan mereka yang dinamakan Bale Antiwahana. Selain kedua bangunan tersebut terdapat beberapa bangunan lainnya di tempat ini.[38]

[sunting] Sri Manganti

Kompleks Sri Manganti terletak di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler dan dihubungkan oleh Regol Sri Manganti. Pada dinding penyekat terdapat hiasan Makara raksasa. Di sisi barat kompleks terdapat Bangsal Sri Manganti yang pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu-tamu penting kerajaan. Sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang berupa alat musik gamelan. Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan even pariwisata keraton.
Bangsal Traju Mas yang berada di sisi timur dahulu menjadi tempat para pejabat kerajaan saat mendampingi Sultan dala menyambut tamu. Versi lain mengatakan kemungkinan tempat ini menjadi balai pengadilan (?). Tempat ini digunakan untuk menempatkan beberapa pusaka yang antara lain berupa tandu dan meja hias. Bangsal ini pernah runtuh pada 27 Mei 2006 akibat gempa bumi yang mengguncang DIY dan Jawa Tengah. Setelah proses restorasi yang memakan waktu yang lama akhirnya pada awal tahun 2010 bangunan ini telah berdiri lagi di tempatnya.
Di sebelah timur bangsal ini terdapat dua pucuk meriam buatan Sultan HB II yang mengapit sebuah prasasti berbahasa dan berhuruf Cina. Di sebelah timurnya berdiri Gedhong Parentah Hageng Karaton, gedung Administrasi Tinggi Istana. Selain itu di halaman ini terdapat bangsal Pecaosan Jaksa, bangsal Pecaosan Prajurit, bangsal Pecaosan Dhalang dan bangunan lainnya.[39]

[sunting] Kedhaton

Pintu Gerbang Donopratopo, Kraton Yogyakarta
Di sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Donopratopo yang menghubungkan dengan kompleks Kedhaton. Di muka gerbang terdapat sepasang arca raksasa Dwarapala yang dinamakan Cinkorobolo disebelah timur dan Bolobuto di sebelah barat. Di sisi timur terdapat pos penjagaan. Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan, Praja Cihna[40].
Kompleks kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Halamannya kebanyakan dirindangi oleh pohon Sawo kecik (Manilkara kauki; famili Sapotaceae). Kompleks ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman (quarter). Bagian pertama adalah Pelataran Kedhaton dan merupakan bagian Sultan. Bagian selanjutnya adalah Keputren yang merupakan bagian istri (para istri) dan para puteri Sultan. Bagian terakhir adalah Kesatriyan, merupakan bagian putra-putra Sultan. Di kompleks ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka untuk umum, terutama dari bangsal Kencono ke arah barat.
Di bagian Pelataran Kedhaton, Bangsal Kencono (Golden Pavilion) yang menghadap ke timur merupakan balairung utama istana. Di tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan. Di keempat sisi bangunan ini terdapat Tratag Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan menari. Di sebelah barat bangsal Kencana terdapat nDalem Ageng Proboyakso yang menghadap ke selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari Istana secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms), Tahta Sultan, dan Lambang-lambang Kerajaan (Regalia) lainnya.
Di sebelah utara nDalem Ageng Proboyakso berdiri Gedhong Jene (The Yellow House) sebuah bangunan tempat tinggal resmi (official residence) Sultan yang bertahta. Bangunan yang didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya dipergunakan sampai Sultan HB IX. Oleh Sultan HB X tempat yang menghadap arah timur ini dijadikan sebagai kantor pribadi. Sedangkan Sultan sendiri bertempat tinggal di Keraton Kilen[41]. Di sebelah timur laut Gedhong Jene berdiri satu-satunya bangunan bertingkat di dalam keraton, Gedhong Purworetno. Bangunan ini didirikan oleh Sultan HB V dan menjadi kantor resmi Sultan. Gedung ini menghadap ke arah bangsal Kencana di sebelah selatannya.
Di selatan bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis menghadap ke arah timur. Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan. Sekarang tempat ini digunakan untuk membersihkan pusaka kerajaan pada bulan Suro[42]. Bangunan lain di bagian ini adalah Bangsal Kotak[43], Bangsal Mandalasana[44], Gedhong Patehan[45], Gedhong Danartapura[46], Gedhong Siliran[47], Gedhong Sarangbaya[48], Gedhong Gangsa[49], dan lain sebagainya. Di tempat ini pula sekarang berdiri bangunan baru, Gedhong Kaca sebagai museum Sultan HB IX.
Keputren merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja. Di tempat yang memiliki tempat khusus untuk beribadat[50] pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum menikah. Tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang. Kesatriyan pada zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para putera raja yang belum menikah. Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan, Gedhong Pringgandani, dan Gedhong Srikaton. Bagian Kesatriyan ini sekarang dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan even pariwisata. Di antara Plataran Kedhaton dan Kesatriyan dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh Sultan.[51]

Kamagangan

Di sisi selatan kompleks Kedhaton terdapat Regol Kamagangan yang menghubungkan kompleks Kedhaton dengan kompleks Kemagangan. Gerbang ini begitu penting karena di dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta[52]. Di sisi selatannya pun terdapat dua ekor ular di kanan dan kiri gerbang yang menggambarkan tahun yang sama.
Dahulu kompleks Kemagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai (abdi-Dalem Magang), tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi-Dalem magang. Bangsal Magangan yang terletak di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat upacara Bedhol Songsong, pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya seluruh prosesi ritual di Keraton. Bangunan Pawon Ageng (dapur istana) Sekul Langgen berada di sisi timur dan Pawon Ageng Gebulen berada di sisi barat. Kedua nama tersebut mengacu pada jenis masakan nasi Langgi dan nasi Gebuli. Di sudut tenggara dan barat daya terdapat Panti Pareden. Kedua tempat ini digunakan untuk membuat Pareden/Gunungan pada saat menjelang Upacara Garebeg. Di sisi timur dan barat terdapat gapura yang masing-masing merupakan pintu ke jalan Suryoputran dan jalan Magangan.
Di sisi selatan halaman besar terdapat sebuah jalan yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan Regol Gadhung Mlati. Dahulu di bagian pertengahan terdapat jembatan gantung yang melintasi kanal Taman sari yang menghubungkan dua danau buatan di barat dan timur kompleks Taman Sari. Di sebelah barat tempat ini terdapat dermaga kecil yang digunakan oleh Sultan untuk berperahu melintasi kanal dan berkunjung ke Taman Sari.[53]

Kamandhungan Kidul

Di ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah gerbang, Regol Gadhung Mlati, yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan kompleks Kamandhungan Kidul/selatan. Dinding penyekat gerbang ini memiliki ornamen yang sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan. Di kompleks Kamandhungan Kidul terdapat bangunan utama Bangsal Kamandhungan. Bangsal ini konon berasal dari pendapa desa Pandak Karang Nangka di daerah Sokawati yang pernah menjadi tempat Sri Sultan Hamengkubuwono I bermarkas saat perang tahta III. Di sisi selatan Kamandhungan Kidul terdapat sebuah gerbang, Regol Kamandhungan, yang menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri. Di antara kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang disebut dengan Pamengkang. [54]

 Siti Hinggil Kidul

Arti dari Siti Hinggil yaitu tanah yang tinggi, siti : tanah dan hinggil : tinggi. Siti Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad terletak di sebelah utara alun-alun Kidul. Luas kompleks Siti Hinggil Kidul kurang lebih 500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan ini ditinggikan sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya[55]. Sisi timur-utara-barat dari kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Pamengkang, tempat orang berlalu lalang setiap hari. Dahulu di tengah Siti Hinggil terdapat pendapa sederhana yang kemudian dipugar pada 1956 menjadi sebuah Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta.
Siti Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg, tempat menyaksikan adu manusia dengan macan (rampogan)[56] [?] dan untuk berlatih prajurit perempuan, Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi perjalanan panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri. Sekarang, Siti Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum khususnya wayang kulit, pameran, dan sebagainya.[57]

 Kompleks belakang

 Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.[58]

 Plengkung Nirbaya

Plengkung Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton. Dari tempat ini Sultan HB I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kedhaton Ambar Ketawang[59]. Gerbang ini secara tradisi digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan ke Imogiri. Untuk alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi Sultan yang sedang bertahta.

 Bagian lain Keraton

Pracimosono

Kompleks Pracimosono merupakan bagian keraton yang diperuntukkan bagi para prajurit keraton. Sebelum bertugas dalam upacara adat para prajurit keraton tersebut mempersiapkan diri di tempat ini. Kompleks yang tertutup untuk umum ini terletak di sebelah barat Pagelaran dan Siti Hinggil Lor.[60]

 Roto Wijayan

Kompleks Roto Wijayan merupakan bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara kereta kuda. Tempat ini mungkin dapat disebut sebagai garasi istana. Sekarang kompleks Roto Wijayan menjadi Museum Kereta Keraton. Di kompleks ini masih disimpan berbagai kereta kerajaan yang dahulu digunakan sebagai kendaraan resmi. Beberapa diantaranya ialah KNy Jimat, KK Garuda Yaksa, dan Kyai Rata Pralaya. Tempat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan.[61]

Kawasan tertutup

Kompleks Tamanan merupakan kompleks taman yang berada di barat laut kompleks Kedhaton tempat dimana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan berjalan-jalan. Kompleks ini tertutup untuk umum. Kompleks Panepen merupakan sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga kerajaan sebagai tempat melaksanakan ibadah sehari-hari dan tempat Nenepi (sejenis meditasi). Tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan[62]. Lokasi ini tertutup untuk umum. Kompleks Kraton Kilen dibangun semasa Sultan HB VII. Lokasi yang berada di sebelah barat Keputren menjadi tempat kediaman resmi Sultan HB X dan keluarganya. Lokasi ini tertutup untuk umum.[63]

 Taman Sari

Kolam Pemandian Umbul Binangun, Taman Sari, Kraton Yogyakarta
Kompleks Taman Sari merupakan peninggalan Sultan HB I. Taman Sari (Fragrant Garden) berarti taman yang indah, yang pada zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta kerabat istana. Di kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di lingkungan Taman Sari, yakni Pasareyan Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan. Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah. Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan ibadah. Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia, dan dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja.[64]

Kadipaten

Kompleks nDalem Mangkubumen merupakan Istana Putra Mahkota atau dikenal dengan nama Kadipaten (berasal dari gelar Putra Mahkota: “Pangeran Adipati Anom”. Tempat ini terletak di Kampung Kadipaten sebelah barat laut Taman Sari dan Pasar Ngasem. Sekarang kompleks ini digunakan sebagai kampus Univ Widya Mataram. Sebelum menempati nDalem Mangkubumen, Istana Putra Mahkota berada di Sawojajar, sebelah selatan Gerbang Lengkung/Plengkung Tarunasura (Wijilan). Sisa-sisa yang ada antara lain berupa Masjid Selo yang dulu berada di Sawojajar.[65]

 Benteng Baluwerti

Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta merupakan sebuah dinding yang melingkungi kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. Dinding ini didirikan atas prakarsa Sultan HB II ketika masih menjadi putra mahkota di tahun 1785-1787. Bangunan ini kemudian diperkuat lagi sekitar 1809 ketika beliau telah menjabat sebagai Sultan. Benteng ini memiliki ketebalan sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 3-4 meter. Untuk masuk ke dalam area benteng tersedia lima buah pintu gerbang lengkung yang disebut dengan Plengkung, dua diantaranya hingga kini masih dapat disaksikan. Sebagai pertahanan di keempat sudutnya didirikan bastion, tiga diantaranya masih dapat dilihat hingga kini.[66]
http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat

Sejarah Bantul


Sebelum pemerintah kabupaten Bantul lahir, daerah wilayah Bantul telah lama menjadi saksi perjalanan sejarah yang panjang. Berbagai peristiwa penting telah silih berganti muncul dan lenyap dalam pentas tlatah bBantul dan sekitarnya. Tidak dapat diingkari bahwa Bantul telah lama menjadi saksi terdekat kelahiran kerajaan Mataram yang berpusat di Kerta dan Pleret, didaerah yang kini menjadi tlatah kabupaten bantul. Di tanah ini pulah disaksikan kelahiran tokoh Senopati ing ngalaga, pendiri Mataram, anak Ki Pemanahan, dan juga kelahiran toko Sultan Agung, Raja besar Mataram, yang terkenal berjiwa patriotik dan Nasionaloistik, anti kehadiran kekuasaan asing. Sudah barang tentu Bantul tidak hanya menjadi saksi kelahiran kerajaan dan kiprah tokoh pimpinan negaranya, tetapi juga ikut serta dalam segala gerak dan terlibat dalam pergolakan-pergolakan yang terjadi dan kembalinya pusat pemerintahan kerajaan, dari Kerta – Pleret ke Kertasura, Surakarta, sampai lahirnya Kasultanan Yogyakarta, yang kembali berpusat di tempat yang tidak jauh dari bantul.

Kembali disaksikan munculnya toko pendiri kerajaan yang tangguh, Pangeran Mangkubumi, penerun generasi pemegang pemerintahan Kasultanan yang terkemuka hingga saat kini, yang terpatri dalam gelar Sultan Hamengku Buwana dari yang pertama hingga yang ke sepuluh, dan termasuk pula yang terpatri dalam gelar Sri Paku Alam dari yang pertama hingga yang ke delapan. Dari pemerintahan Kasultanan inilah pemerintahan kabupaten Bantul pada masa kemudian dilahirkan.

Patut disebutkan pula bahwa sebelum daerah Bantul menjadi saksi dan ajang kelahiraqn kerajaan seperti tersebut diatas disalah satu tempat di daerah ini diduga telah pernah menjadi tempat pemukiman nenek moyang kita pada masa purba. Tidak aneh kiranya, apabila ditanah subur ini pada masa-masa kemudian menjadi tempat kelahiran pedesaan agraris penurun generasi petani saka guru kerajaan atau negara yang dibangun kemudian. Dengan demikian tidak mustahil apabila jauh sebelum kerajaan Mataram lahir pada akhir abad ke 16, didaerah ini telah terdapat daerah pedesaan yang telah mengenal tata pemerintahan dan kemasyarakatan yang memadai.

Ada petunjuk bahwa masyarakat pedesaan pada masa itu telah hidup dalam lingkungan kesatuan-kesatuan desa di bawah kepemimpinan orang-orang terkemuka (Primus inter pares) dengan gelar yang terkenal “Ki Ageng” atau “Ki Gedhe”. Salah seorang di antara tok mangir, pendiri dan pemuka desa Mangiran dan sekitaranya, serta toko legendaris yang hidup semasa dengan senopati pendiri Mataram. Toko legendaris ini sempat terekam dalam babad bedahing mangir. Dari masa-masa itu pula kiranya sejumlah nama desa tertua memiliki asalnya, termasuk nama “Bantul” sendiri.

Selanjutnya secara singkat dapat dikemukakan, bahwa letak daerah Bantul yang dekat dengan istana kerajaan, membuat daerah ini sejak lama menjadi wilayah kerajaan Mataram yang secara langsung diperintah oleh pemerintah istana dan termasuk daerah Negara Agung dalam tata kenegaraan Mataram. Dalam Tata pemerintahan istana yang demikian itiu para pejabat yang bertugas mengurus daerah Bantul atau lainnya dalam hal ini para Bupati nayaka, semuanya masih tinggal dipusat kerajaan. Keadaan ini rupanya berlangsung terus sampai kerajaan mataram pecah menjadi dua bagian, kasunanan Suraqkarat dan Kasultanan Yogyakarta, setalah perjanjian Giyanti tahun 1755. Demikian juga pada masa awal berdirinya Kasultanan Yogyakarta, daerah wilayah Bantul secara administratif masih tetap ditangani lansung oleh pemerintahan istana Yogyakarta. aDa petunjuj bahwa pada masa itu daerah pedesaan Bantul dibagi-bagi menjadi sejumlah wilayah kademangan yang dipimpin para demang, pejabat daaerah yang menangani tugas penarikan pajak, upeti, atau tugas lain untuk istana. Keadaan macam ini terus berjalan sampai pecah perang Diponogoro (1825 – 1830) dan Sultan Hamengku Buwana V naik tahta (1822 – 1855)

Perang Diponogoro yang berkorban sejak tanggal 20 Juli 1825 dan berakhir pada bulan Maret 1830, telah melibatkan masyarakat didaerah kerajaan dan di daerah Jawa Tengah pada umumnya. Peperangan yang dikenal juga sebagai perang jawa (Java Oorlog) ini telah cukup menggoncangkan pemerintahan dan keadaan sosial ekonomi di kedua kerajaan, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Lebih-lebih pemerintahan Sultan Hamengku Buwana V yang masih muda dan yang sehari-harinya dijalankan oleh walinya cukup mengalami tekanan baik dare situasi oerang sendiri maupun dari pihak Belanda. Perlu dicatat bahwa dalam awal berkorbarnya perang ini pasukan Diponogorto membuat markas besar dan benteng pertahanannya di Slarong, di wilayah Kabupaten Bantul sekarang ini, setelah pindah dari markasnya yang pertama di Tegalreja. Oleh sebab itu tidak adpat dipungkiri bahwa daerah Bantul pada saat itu secara langsung menjadi daerah medan pertempuran yang melibatkan hampir seluruh masyarakat di daerah pedesaan ini. Dari sumber sejarah dapat ditunjukan bahwa rakyat pedesaan Bantul yang berdiri dibelakang Diponogoro berhadapan langsung dengan pos pos pasukan Belanda yang dibangun di beberapa tempat didaerah Bantul. Dari sumber sejarah juga dapat ditunjukan bahwa prajurit Diponogoro yang gugur dalam pertempuran di sekitar daerah ini atau yang tertangkap di pihak Belanda sebagian bersal dari daerah Bantul. Dengan demikian daerah Bantul juga telah menjadi saksi pecahnya perang melawan penjajah Belanda di daerah kerajaan dan juga menjadi saksi lahirnya semangat juang dan kepahlawanan dari rakyatnya pada abad yang lalu.

Berakirnya perang Diponogoro pada sekitar bulan Maret 1830 membawa perubahan penting bagi peta kehidupan kerajaan Kejawen (Vorstenlanden). Pihak Belanda mempunyai alasan untuk memperluas jangkauan kekuasaan dan pengawasan pemerintahannya terhadap pemerintahan kedua kerajaan, Yogyakarta dan Surakarta beserta kawulanya di daerah pedesaan. Selain itu pemerintah Belanda juga mempunyai alasan untuk mempersempit dan mengecilkan daerah wilayah kedua kerajaan tersebut. Semuanya ini dapat dicapai oleh pemerintah Belanda dengan jalan memaksakan kehendaknya melalui penandatanganan kontrak- kontrak perjanjian antara kedua penguasa kerajaan Jawa, yaitu Sunan dan Sultan disatu pihak dan pemerintan Belanda yang diwakili oleh Residen setempat di pihak lain. Maka dari itu secara berturut-turut kontrak-kontrak yang penting di tanda tangani antara lain pada tanggal 22 Juni 1830, tanggal 27 September 183, tanggal 3 Nopember 1830 dan penetapan-penetapan lainnya pada tangal 26 dan 31 Maret 1831. Secara singkat dapat disebutkan bahwa akibat dari penandatanganan kontrak-kontrak itu antara lain adalah bahwa kedua kerajaan telah kehilangan wilayahnya di daerah Mancanegara. Pajang dan Sukawati dimasukan kw wilayah Kasunan dan Gunung kidul dimasukan ke wilayah Kasultana. Selain itu juga ditetapkan perlunya dilakukan reorganisasi atau pembagian wilayah administratif baru dengan berbagai peraqngkat pemerintahannya sesuai dengan kemauan pemerintahan kolonial. Diantaranya ialah tentang pembagian wilayah pemerintahan kabupaten (Regentshap) dengan pengangkatan kepala daeranya yaitu Bupati (Regent) pembentukan pengadilan daerah yang baru (Inlandsce Rebhtbank) di wilayah Kasultanan, penanganan keamanan oleh polisi ari pemerintah Belanda, dan pembagian wilayah administratif distrik dan pengangakatan kepala distriknya, yang kesemuanya harus persetujuan pihak Belanda. Rentetan pelaksanaan perubahan-perubahan penting ini di daerah Kasultanan Yogyakarta dilakukan pada tahun 1831.

Dalam rangka melaksanakan tindak lanjut dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas maka Sultan Hamengku Buwana V melakukan usaha-usaha pembaharuan administrasi pemerintahan dan perangkat-perangkatnya secara bertahap sejak awal tahun 1831, yaitu sesudah diselesaikannya penandatanganan kontrak-kontrak pembahasannya dengan pihak penguasa kolonial, dan setelah situasi dan kondisi istana tenang kembali sesudah perang selesai. Pada saat itulah maka mulai dilakukan pembagian wilayah baru daerah Kasultanan Yogyakarta atas tiga wilayah kabupaten, yaitu : (1) Kabupaten Bantul Karang dibagian selatan (2) Kabupaten Dengung dibagian utara dan (3) kabupaten Kalasan dibagian timur. Pembagian wilayah ini diikuti dengan pengangkatan atau wisudawan Bupati sebagai kepala Daerah masing-masing. Kemudian juga dilakukan pengangkatan kepala distrik didaerah masing-masing dengan gelar Mantri, Tumenggung atau Rangga. Akhirnya Bantul menyaksikan peristiwa bersejareah yang penuh makna bagi dirinya dan putra generasi berikutnya yaitu ketika Sultan Hamengku Buwana V dalam pasewakan Agung mengumumkan da menetapkan pembentukan pemerintahan Kabupaten Bantul sebagai satu kesatuan wilayah administrasi baru, sekaligus mewisuda Tumenggung Mangunnegara sebagai Bupati Kepala Daerahnya, yaitu pada hari Rabu Kliwon, tanggal 20 Juli 1831. Dari sejak itulah lembara sejarah Kabupaten Bantul mulai terjadi. Mulai saat itu roda pemerintahan dan gerak masyarakatnya membenahi dan membangun kehidupan daerahnya, demi ketentraman dan kemakmuran masyarakatnya dalam berbagai segi kehidupan berjalan terus. Semangat juang dan kepahlawanan yang ditanam oleh perang Diponogoro tetap bersemi, tumbuh dan berkembang, serta diwariskan ke putra-putra generasi seterusnya, sekalipun perang Diponogoro telah lama ditinfggalkan. Demikianlah semangat kepahlawanan dari masa perang Diponogoro dan semangat pembangunan negara yang diwariskan oleh Senopati ing Ngalagah dan Sultan Agung di Kerta dan Pleret, Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwana I) di Yogyakarta, telah mendasari jiwa dan semangat putra-putri rakyat Bantul berperan serta dalam pembangunan Nasional, secara awal dimulai pada hari jadinya tanggal 20 Juli 1831 tersebut diatas.

 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources